Obama, namamu disebut lagi.
Obama, namamu teratas kini.
Obama, dulu kau pacar yang hina.
Obama, kini kau pemimpin dunia.
Salahkah jika aku punyai harapan.
Melihat Obama dalam rahmat Tuhan.
Salahkah jika Obama punyai impian.
Melihat manusia dalam dunia yang aman.
Salahkah aku berdoa pada Tuhan.
Memohon Obama kelak menjadi teman.
Obama, jangan sesekali engkau menjadi OMA (Umar),
ibn Hisyam yang hidupnya memusuhi Tuhan
Si Abu Jahal yang matinya dimusuhi Tuhan.
Jangan sesekali engkau menjadi Fir'aun.
Jangan sesekali engkau menjadi Qarun.
Obama, jadilah kau seperti OMA (Umar)
ibn Khattab yang dulunya musuh ketat
akhirnya menjadi teman rapat
al-Faruq yang dulunya kufur
akhirnya menjadi insan bersyukur
Obama, andai kau tak sanggup memikul Islam,
yang telah kau pinjam darahnya di tubuhmu.
Maka, pikullah khilafah di muka bumi.
Obama, andai kau tak mampu mengejar Iman,
yang telah kau lemparkan di jalanan hidupmu.
Maka, kejarlah Imarah di muka bumi.
Obama, andai kau tak mampu menjadi Umar al-Khattab.
Cukuplah jika engkau menjadi Abu Talib
yang melindungi dan menghormati kami
kerana darah yang mengalir di tubuhmu
adalah darah kami juga...
Terbaik sajak OMA ini! Boleh compile untuk jurnak puisi MAIS.. Hehehe
ReplyDeleteustad..alangkah baiknya kalau obama paham puisi ni. harap letak widget translate kat blog ustad ni.makase.........
ReplyDeletesaya x phm dgn mksud tersirat sajak tersebut,bkankah keperibadiannya masih ragu2?
ReplyDeleteYa. Obama dulunya semasa zaman kanak-kanak, ketika tinggal di Indonesia, memang dia seorang Islam. Tapi keadaan telah mengubahnya. Kita berharap agar dia mendapat hidayah untuk kembali semula kepada Islam.
ReplyDelete